Mendaftarkan diri di beberapa universitas di Timur Tengah banyak
caranya. Dari cara “terjun bebas” hingga pendaftaran secara online.
Rahmat, sebut saja demikian, punya cita-cita melanjutkan kuliah ke
Timur Tengah. Cita-citanya itu bersemi subur sejak ia menimba ilmu
Kuliyatul Mu’allimin Pesantren Al Mukmin Sukoharjo. Di sini guru-gurunya
sering bercerita tentang pengalamannya kuliah di Timur Tengah. Di
antara guru-gurunya itu memang ada yang alumni Universitas Al Azhar,
Universitas Islam Madinah dan Universitas Umm Al Qura Makkah.
Maka begitu lulus dari pesantren, sambil memperbanyak hafalan
al-Qur`an dan memperlancar percakapan dan baca-tulis Bahasa Arab, ia
selalu mengikuti perkembangan informasi pendaftaran beberapa universitas
di Timur Tengah.
Setelah merasa persiapannya cukup, dan waktu pendaftaran Universitas
Al Azhar dibuka, gurunya pula yang mengarahkan Rahmat, kemana ia
menyerahkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk mendaftar dan kapan ia
berangkat. Semuanya ternyata sudah ada yang mengurusnya, yakni para
alumnus dan mahasiswa Al Azhar yang masih tinggal di Mesir. Demikian,
hingga pendaftaran kelar dan laki-laki yang memiliki hobi membaca ini
bisa merasakan bangku Universitas Al Azhar, sesuai dengan impiannya.
Model pendaftaran yang ditempuh Rahmat inilah yang dikenal oleh para
mahasiswa Indonesia di Timur Tengah dengan istilah “terjun bebas”.
Yakni, berangkat melakukan studi ke Mesir dengan biaya sendiri, tanpa
beasiswa. Namun, sebelum berangkat, calon mahasiswa harus mengikuti tes
terlebih dahulu, yang diselenggarakan oleh Departemen Agama di seluruh
UIN/IAIN.
Tes itu digelar tiap tahun. Untuk tahun sekarang, tes seleksi telah
dilaksanakan pada 29 Mei, sebagaimana disebutkan salah satu sumber dari
Dirjen Pendidikan Islam kepada Suara Hidayatullah.
Berhubung tanpa beasiswa, siapa saja yang hendak menempuh jalur “terjun
bebas,” hendaknya menyediakakan dana sekitar 1.000 dolar. Biaya
tersebut digunakan untuk transportasi Indonesia-Mesir dan berbagai
pembiayaan selama proses pendaftaran.
Mendaftarkan diri dengan cara terjun bebas tidak menghalangi
mahasiswa memperoleh beasiswa. Karena yang bersangkutan masih bisa
mengajukannya setelah tiba di Mesir. Beberapa lembaga yang menyediakan
beasiswa selain Al Azhar adalah Majlis Al A’la li Syu’un Al Islamiyah
(Majelis Tinggi Urusan Keislaman) Mesir, Bait Az Zakat Kuwait, serta
WAMY (World Assembly of Moslem Youth).
Selain itu, jalan lainnya bisa ditempuh dengan mengikuti tes beasiswa
Timur Tengah yang diselenggarakan oleh Departemen Agama. Calon
mahasiswa yang menempuh cara ini, jika lolos seleksi akan memperoleh
beasiswa penuh dari Al Azhar serta tiket pulang-pergi.
Pendaftaran Universitas Al Ahgaff Yaman
Kemudahan mendaftarkan diri tidak hanya berlaku untuk Universitas Al
Azhar, proses pendaftaran universitas di Timur Tengah lainnya, seperti
Universitas Al Ahgaff Yaman, juga tergolong simpel. Tiap tahun, beberapa
utusan dari universitas yang terletak di Hadramaut ini berkunjung ke
Indonesia, untuk melakukan tes wawancara di beberapa pesantren di
Indonesia.
Tahun ini, seleksi pendaftaran di Al Ahgaff diselenggarakan di Darul
Lughah wa Ad Dakwah Bangil, yang akan dimulai tanggal 5 dan 6 Juni. Di
Jawa Tengah diselenggarakan di Pesantren Kauman Lasem, pada 8 Juni.
Sedangkan untuk wilayah Sumatera diadakan di Pesantren Ar Riyadh
Palembang, pada 16 Juni. Pesantren Al Ahgaff Bogor juga melaksanakan
seleksi pada 24 Juni mendatang, sebagaimana disampaikan Habib Hasan
Jufri, perwakilan Universitas Al Ahgaff di Indonesia kepada Suara
Hidayatullah.
Materi yang diujikan meliputi baca kitab, nahwu, fikih, serta kemampuan tulis dan percakapan Bahasa Arab.
Dalam seleksi ini, tidak dibatasi jumlah peserta yang akan diterima
”Tidak ada kuota, tergantung hasil tes nanti, berapa yang memenuhi
syarat,” jelas Habib Hasan Jufri, yang juga penanggungjawab Pesantren
Al Ahgaff Bogor ini.
Biaya yang dibutuhkan untuk transportasi Indonesia-Yaman dan segala
kebutuhan lainnya, hingga calon mahasiswa menginjakkan kaki di Yaman
sekitar 2.000 dolar.
Saat ini, ada 420 pelajar Indonesia yang melakukan studi di
universitas swasta yang dibuka tahun 1995 ini. Mereka memperoleh
beberapa fasilitas gratis, termasuk asrama, makan, serta tidak dipungut
biaya pendidikan. Mereka kebanyakan mengambil jurusan syariah.
Pendaftaran Online Universitas Islam Madinah
Universitas Islam Madinah, Arab Saudi juga memberi kemudahan bagi para
calon mahasiswanya. Mereka bisa mendaftar lewat jarak jauh, dengan cara
murasalah alias surat-menyurat. Yakni, dengan mengirim beberapa dokumen
yang diperlukan beserta formulir pendaftaran yang telah diisi. Setelah
itu, tinggal menunggu surat panggilan. Sebagaimana yang tertera dalam
formulir, penerimaan permohonan pendaftaran dimulai sejak 23 Oktober
hingga 20 Januari.
Selain dengan cara di atas, tiap tahun secara berkala beberapa utusan
dari Universitas Islam Madinah mengirimkan utusan untuk melakukan tes
wawancara, atau muqabalah. Pada 17 Februari lalu, wawancara diadakan di
Pondok Pesantren Gontor 2 Ponorogo, dan diikuti oleh 700 peserta.
Hasil dari ujian ini kemungkinan akan dipublikasikan di website resmi
Universitas Islam Madinah pada bulan Ramadhan, sebagaimana dikatakan
oleh Yadi Nur Alami, anggota panitia pelaksana.
Namun, bagi siapa saja yang belum memiliki kesempatan untuk mengikuti
muqabalah tidak perlu kecewa, karena disamping murasalah, pendaftaran
secara online untuk universitas ini juga disediakan melalui
website-nya:www.iu.edu.sa/web/content.aspx?id=814
Bagi siapa saja yang diterima sebagai mahasiswa di Universitas Islam
Madinah, maka banyak fasilitas yang diperoleh, termasuk tunjangan
bulanan, tiket pesawat pulang-pergi tiap tahunnya di musim liburan serta
uang buku. *Thoriq/Suara Hidayatullah JUNI 2010
Universitas-Universitas Islam di Luar Negeri
Profil singkat beberapa universitas Islam di luar negeri, mulai dari
Yaman, India, Mesir, Saudi, Sudan, Pakistan hingga Malaysia.
Universitas Al Ahgaff
Universitas yang didirikan tahun 1995 ini berpusat di Mukallah
Hadramaut, Yaman. Fakultas Syariah merupakan fakultas yang banyak
digemari oleh para mahasiswa asing yang ingin mempelajari ilmu
keislaman. Namun, untuk jurusan tersebut kompleksnya terletak di kota
Tarim, yang dikenal sebagai daerah yang didiami banyak ulama. Website:
www.ahgaff.edu.
Universitas Al Iman
Ini termasuk universitas yang juga tergolong muda. Didirikan pada tahun
1994 oleh Prof. Dr Abdul Majid Az Zindani, salah satu ulama terkenal di
Yaman. Beberapa fakultas yang mengkaji keislaman di universitas yang
terletak di Shan’a ini antara lain, Fakultas Iman (Ushuluddin), Fakultas
Syariah serta Fakultas Dakwah. Website: www.jameataleman.org
Universitas Shan’a
Universitas Yaman yang juga memiliki fakultas keislaman adalah
Universitas Shan’a. Di universitas yang didirikan tahun 1971 ini,
tersedia Fakultas Syariah wa Al Qanun. Website: www.suye.ac
Universitas Umm Al Qura
Universitas yang berdirinya diawali dengan pembentukan fakultas syariah
pada tahun 1369 H ini menjadi salah satu tujuan para pencari ilmu, yang
hendak belajar di Tanah Al Haramain. Fakultas keislaman yang tersedia
adalah Fakultas Syariah dan Dirasat Islamiyah, Fakultas Tarbiyah,
Fakultas Dakwah dan Ushuluddin, serta Fakultas Lughah Al Arabiyah.
Website: www.uqu.edu.sa
Universitas Islam Madinah
Saat ini, Universitas Islam Madinah hanya mengkaji ilmu-ilmu keislaman.
Para pelajar bisa memilih beberapa fakultas, antara lain Fakultas
Syariah, Fakultas Dakwah dan Ushuluddin, Fakultas Al Qur`an, Fakultas
Hadits serta Fakultas Bahasa Arab. Website: www.iu.edu.sa
Darul Ulum Deoband
Darul Ulum Deoband merupakan universitas Islam tertua di India, yang
didirikan pada 1867. Masa belajar yang ditempuh di universitas ini
berbeda dengan kebanyakan universitas lainnya. Untuk kelas yang
menggunakan Bahasa Arab sebagai pengantar, diperlukan waktu 8 tahun
untuk menyelesaikannya, dan tidak ada penjurusan. Namun, begitu lulus
dari tingkatan ini, pelajar sudah mengkhatamkan Kutub As Sittah plus Al
Muwatha’ Imam Malik. Untuk materi fikih, kebanyakan yang dipelajari
adalah Madzhab Hanafi. Website: www.darululoom-deoband.com
Nadwah Ulama Lucknow
Nadwah Ulama, hampir mirip dengan Darul Ulum, tidak ada penjurusan.
Namun, untuk pengajaran setingkat S1, ditempuh 4 tahun. Penjurusan
dimulai ketika mahasiswa menempuh tingkatan pasca sarjana. Pengajaran di
Nadwah Ulama juga dikenal memberi porsi yang banyak terhadap kajian
Hadits. Webiste: www.nadwatululama.org
Universitas Islam Milia
Fakultas Studi Islam juga bisa ditemui di Universitas Islam Milia,
India. Universitas ini merupakan salah satu tempat yang dituju para
pelajar Indonesia untuk menuntut ilmu. Website: www.jmi.ac.in.
Universitas Al Azhar Mesir
Nama Universitas Al Azhar Mesir sudah tidak asing lagi di telinga umat
Islam. Di Mesir, Al Azhar tersebar di beberapa propinsi: Kairo,
Damanhur, Thantha, Zaqaziq dan lainnya. Fakultas keislaman yang
tersedia di universitas Islam tertua ini meliputi Fakultas Syariah,
Ushuluddin, Lughah Al Arabiya, Dakwah, serta Dirasat Islamiyah. Website:
www.azhar.edu.eg
Universitas Al Nilain
Sudan juga merupakan salah satu negara tujuan untuk menuntut ilmu.
Fakultas Dirasat Islamiyah di Universitas Al Nilain juga diminati para
pelajar Indonesia yang ingin menuntut ilmu di negeri yang terkenal
dengan suhu udaranya yang cukup tinggi itu. Website:
www.collages.neelain.edu.sd
Universitas Umm Durman
Selain Universitas Al Nilain, di Sudan juga terdapat Universitas Umm
Durman. Bahkan di universitas ini, jumlah fakultas keislaman lebih
banyak. Selain Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Syariah, Fakultas Lughah
Al Arbiya juga tersedia. Website: www.oiu-sd.com
Universitas Islam Internasional Islamabad
Pakistan memiliki sebuah universitas Islam bertaraf internasional, yakni
Universitas Islam Internasional yang terletak di Islamabad. Di
universitas yang berdiri tahun 1980 ini, tersedia beberapa fakultas
ilmu-ilmu keislaman, antara lain Fakultas Ushuluddin, Fakultas Syariah
serta Fakultas Lughah Al Arabiyah. Website: www.iiu.edu.pk
Universitas Islam Internasional Malaysia
Selain Pakistan, Malaysia juga memiliki universitas Islam bertaraf
internasional, yakni Universitas Islam Internasional Malaysia. Program
pendidikan yang tersedia meliputi Program Fikih dan Ushul Fikih, Program
Studi Al Qur`an dan As Sunnah, Program Ushuluddin dan Perbandingan
Agama serta Program Bahasa Arab. Website: www.iiu.edu.my. *Thoriq/Suara
Hidayatullah JUNI 2010
Dr Zain An Najah:
“Kuliah di Timteng, Luruskan Niat”
Zain An Najah pernah merasakan kuliah di Madinah maupun di Mesir. Apa
saja keistimewaan kuliah di kedua tempat itu? Dan apa yang harus
diperhatikan bagi mereka yang hendak mencari ilmu di Timur Tengah?
Demikian penuturan singkat Tokoh Dewan Dakwah Indonesia Pusat ini kepada
Suara Hidayatullah.
Apa saja kelebihan sekolah Islam di luar negeri?
Banyak kelebihannya, kalau merujuk perkataan Imam As Syafi’i, perjalanan
ke luar negeri memiliki banyak manfaat, di antaranya rihlah atau
rekreasi, tambah relasi, atau memperoleh pekerjaan. Ada kawan-kawan yang
rezekinya berada di sana. Serta bertemu dengan orang-orang baik.
Di Madinah dengan mudah kita memilih majelis halaqah di Masjid
Nabawi. Di sana kita tinggal di asrama dan shalat lima waktu diwajibkan
berjamaah, sehingga shalat kita terjaga. Dengan demikian, kedisiplinan
bisa terjaga. Madinah cocok bagi pemula.
Keistimewaan belajar di Mesir sendiri seperti apa?
Para ulama di universitas Al Azharnya bagus. Saya sendiri dibimbing oleh
Syaikh Dr Usamah Abdul Adzim ahli fikih dan ushul fikih, yang tinggal
di Hay As Syafi’i.
Banyak majelis ilmu di masjid-masjid, di Masjid Al Azhar sendiri ada
halaqah yang diasuh oleh Mufti Mesir Syaikh Ali Jum’ah. Dr. Rif’at
Fauzi, ahli Hadits yang tinggal dekat komunitas mahasiswa Indonesia di
Hay Sabi’ juga bisa diambil ilmunya. Tidak bisa dihitung sebenarnya para
ulama yang bisa kita jadikan pembimbing karena amat banyak.
Mesir juga dikenal kaya akan buku-buku rujukan. Ada perpustakaan
Musthafa di Abasiyah yang cukup lengkap. Perpustakaan Dr. Rif’at yang
lengkap juga terbuka pintunya selama 24 jam. Mesir cocok untuk mereka
yang melanjutkan pasca sarjana.
Apa nasihat Anda kepada mereka yang hendak mencari ilmu di Timur Tengah?
Siapa saja yang hendak belajar di Timur Tengah hendaknya memiliki niat
yang lurus. Dia harus menyadari bahwa Allah telah memberikan kepadanya
kesempatan, yang tidak diperoleh oleh orang lain. Sehingga ia
benar-benar memanfaatkan waktunya di sana untuk mencari ilmu dari para
ulamanya. Serta menjauhkan diri dari segala aktivitas yang tidak ada
hubungannya dengan ilmu dan belajar. *Thoriq/Suara Hidayatullah JUNI
2010
Sumber : http://majalah.hidayatullah.com/?p=1717